Salah satunya adalah dari segi harga, kekuatan atau daya tahan, hingga yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap tubuh dan lingkungan.
Ketika membicarakan tentang kampas rem, ada dua jenis bahan baku utama yang sering menjadi perdebatan, yaitu kampas rem non-asbestos dan asbestos. Perbedaan harga menjadi salah satu faktor yang paling mencolok di antara keduanya. Harga kampas rem non-asbestos biasanya lebih mahal dibandingkan dengan varian asbestos. Perbedaan harga ini memicu banyak orang untuk mencari tahu lebih dalam mengenai perbedaan antara kedua jenis kampas rem ini.
Kampas rem non-asbestos dibuat dari berbagai material seperti steel fiber, selulosa, rock wool, grafit, hingga kevlar. Sementara itu, kampas rem asbestos menggunakan bahan asbestos yang direkatkan dengan resin. Komposisi bahan ini memberikan perbedaan yang signifikan tidak hanya dari segi harga tetapi juga dari segi performa dan keamanan.
Rohman, seorang penjual onderdil motor di Cihampelas, Bandung, menjelaskan bahwa banyak pelanggan yang lebih memilih kampas rem non-asbestos meskipun harganya lebih mahal. Alasan utamanya adalah karena bahan asbestos dianggap berbahaya bagi kesehatan. Bahan asbestos dapat memicu masalah pernapasan dan bahkan kanker, yang membuatnya menjadi bahan yang dihindari oleh banyak produsen kendaraan. Dalam standar industri otomotif saat ini, penggunaan asbestos dalam kampas rem sudah banyak ditinggalkan demi keselamatan pengguna kendaraan.
Dari segi performa, kampas rem berbahan asbestos cenderung lebih mudah “ngelos” atau tidak pakem meskipun ketebalannya masih cukup tebal. Hal ini membuat usia pakai kampas rem asbestos relatif lebih rendah dibandingkan dengan kampas rem non-asbestos. Oleh karena itu, meskipun kampas rem asbestos lebih murah, dalam jangka panjang, biaya penggantian yang lebih sering dapat membuatnya menjadi pilihan yang kurang ekonomis.
Selain itu, dari segi daya tahan panas, kampas rem asbestos hanya mampu bertahan pada suhu sekitar 200 derajat Celsius. Sedangkan kampas rem non-asbestos dapat bertahan hingga suhu 400 derajat Celsius. Kemampuan ini sangat penting terutama dalam kondisi berkendara yang menuntut pengereman intensif dan terus menerus, seperti di daerah pegunungan atau saat berkendara dengan beban berat.
Kampas rem asbestos juga diketahui lebih mungkin merusak piringan cakram karena materialnya yang cenderung mengeras setelah digunakan dalam waktu lama. Kondisi ini juga menyebabkan kampas rem asbestos menjadi lebih licin dalam situasi basah seperti saat hujan. Akibatnya, risiko kecelakaan bisa meningkat karena pengereman yang kurang optimal.
Secara visual, meskipun tidak selalu mutlak, kampas rem non-asbestos biasanya berwarna hitam, sementara kampas rem asbestos bisa berwarna coklat atau krem. Warna ini bisa menjadi indikator awal bagi mekanik atau pengguna untuk membedakan jenis kampas rem yang digunakan.
Rohman menambahkan bahwa meskipun harga kampas rem non-asbestos lebih mahal, banyak pelanggan yang merasa lebih aman dan nyaman menggunakan produk tersebut. Mereka merasa investasi lebih pada kampas rem non-asbestos sebanding dengan manfaat jangka panjang yang diperoleh, terutama dari segi keamanan dan performa.
Dengan segala keunggulan dan kekurangannya, pemilihan antara kampas rem non-asbestos dan asbestos akhirnya kembali kepada kebutuhan dan prioritas pengguna. Keamanan, performa, dan daya tahan menjadi faktor-faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pilihan. Bagi mereka yang mementingkan kesehatan dan keselamatan, kampas rem non-asbestos jelas menjadi pilihan yang lebih baik, meskipun dengan biaya yang sedikit lebih tinggi. Sementara bagi mereka yang lebih mempertimbangkan anggaran, kampas rem asbestos bisa menjadi pilihan meskipun harus siap dengan konsekuensi dari segi performa dan keamanan.