Secara umum, harga dari keduanya berbeda. Selain dari pada itu, yang cukup mengerikan adalah dampak kesehatan dari kedua bahan baku tersebut.
Gasket adalah komponen penting dalam berbagai aplikasi industri dan otomotif, berfungsi sebagai penyekat antara dua permukaan untuk mencegah kebocoran fluida atau gas. Gasket tersedia dalam berbagai jenis, termasuk yang terbuat dari asbestos dan non-asbestos.
Harga gasket non-asbestos biasanya lebih mahal dibandingkan dengan gasket asbestos. Harga yang lebih tinggi ini dipengaruhi oleh biaya produksi bahan baku sintetis yang digunakan dalam pembuatan gasket non-asbestos. Gasket asbestos, sebaliknya, lebih murah karena bahan bakunya, asbestos, lebih mudah diperoleh dan diproses. Meski demikian, harga yang lebih tinggi pada gasket non-asbestos sering kali sebanding dengan manfaat kesehatan dan lingkungan yang ditawarkan.
Dari segi bahan baku, gasket asbestos biasanya terbuat dari asbestos yang dirapatkan dengan resin. Asbestos adalah mineral murni yang memiliki karakteristik tahan panas dan isolasi yang baik. Sifat-sifat ini membuat gasket asbestos dapat digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan ketahanan terhadap suhu tinggi. Namun, asbestos memiliki risiko kesehatan yang signifikan, yang akan dibahas lebih lanjut nanti.
Gasket non-asbestos, di sisi lain, terbuat dari bahan sintetis yang dapat berupa campuran aramid, fiberglass, dan grafit yang dicampur dengan karet atau bahan pengikat lainnya. Bahan-bahan ini memberikan ketahanan terhadap panas yang dapat melebihi spesifikasi gasket asbestos hingga dua kali lipat. Gasket non-asbestos tidak hanya tahan terhadap suhu tinggi, tetapi juga menawarkan fleksibilitas yang lebih baik dan kemampuan untuk digunakan dalam berbagai aplikasi yang lebih luas.
Ade, seorang penjual gasket di salah satu toko onderdil mesin di Cimahi, menyampaikan bahwa banyak pelanggan kini lebih memilih gasket non-asbestos meskipun harganya lebih tinggi. “Gasket non-asbestos memang lebih mahal, tetapi banyak pelanggan kami yang memilihnya karena lebih aman dan tahan lama. Mereka tidak ingin mengambil risiko kesehatan dengan menggunakan gasket asbestos,” kata Ade.
Dari segi bahaya kesehatan, lebih dari 15 tahun lalu, bahan asbestos dianggap berbahaya karena dapat memicu kanker dan gangguan pernapasan. Partikel asbestos yang terhirup dapat menyebabkan asbestosis, mesothelioma, dan kanker paru-paru. Karena risiko kesehatan yang serius ini, penggunaan asbestos telah banyak dikurangi dan bahkan dilarang di berbagai negara. Gasket non-asbestos menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan kesehatan, mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan asbestos.
Ade menambahkan, “Kesadaran akan bahaya asbestos membuat banyak pelanggan kami beralih ke gasket non-asbestos. Mereka lebih peduli pada kesehatan mereka dan para pekerja di lingkungan mereka. Lagipula, gasket non-asbestos sekarang sudah memiliki kualitas yang sangat baik, bahkan lebih baik dari gasket asbestos dalam banyak aplikasi.”
Secara keseluruhan, perbedaan utama antara gasket asbestos dan non-asbestos terletak pada harga, bahan baku, dan risiko kesehatan. Meskipun gasket non-asbestos lebih mahal, bahan sintetis yang digunakan menawarkan ketahanan panas yang lebih tinggi dan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan gasket asbestos. Lebih penting lagi, gasket non-asbestos mengurangi risiko kesehatan yang serius yang terkait dengan penggunaan asbestos. Pilihan ini menjadi semakin penting dalam industri yang peduli terhadap kesehatan pekerja dan dampak lingkungan.
Ade juga mencatat tren peningkatan permintaan gasket non-asbestos di toko onderdilnya. “Sejak beberapa tahun terakhir, penjualan gasket non-asbestos terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa orang-orang semakin sadar akan pentingnya memilih produk yang aman dan berkualitas tinggi, meskipun harganya sedikit lebih mahal,” jelas Ade.