Pelaku Penganiayaan Dokter Koas Unsri Palembang Ajukan Damai dan Ditolak Keluarga Korban

oleh
oleh
Pelaku Penganiayaan Dokter Koas Unsri Palembang Ajukan Damai dan Ditolak Keluarga Korban
Terduga pelaku. Kasus penganiayaan dokter koas Unsri terus menjadi sorotan. (Sumber: Instagram/fakta.indo)

Sorotmedia.com – Kasus penganiayaan yang menimpa dokter koas Universitas Sriwijaya, MLH, menjadi sorotan masyarakat.

Insiden ini terjadi karena konflik jadwal piket koas akhir tahun yang berujung pada tindakan kekerasan.

DT, pelaku penganiayaan, kini mengajukan permohonan damai melalui kuasa hukumnya.

Kejadian ini bermula saat jadwal piket MLH bersinggungan dengan rencana liburan LAP, seorang rekan koasnya.

Sopir keluarga LAP, yang berinisial DT, terlibat konflik dengan MLH hingga melakukan tindakan kekerasan.

Akibat penganiayaan tersebut, MLH mengalami luka memar serius di area kepala dan harus menjalani perawatan di RS Bhayangkara Palembang.

Perlu diingat, seperti dilansir dari pafiberaukab.org, cidera pada kepala bisa berakibat fatal.

DT melalui kuasa hukumnya, menyampaikan permintaan maaf dan keinginan untuk menyelesaikan kasus ini secara damai.

Pengacara DT juga menegaskan bahwa keluarga pelaku bersedia menanggung seluruh biaya pengobatan MLH.

Pihak kuasa hukum menyatakan akan menemui pimpinan Fakultas Kedokteran Unsri untuk meredam dampak masalah ini.

Namun, keluarga korban menyatakan dengan tegas bahwa mereka tidak akan menerima perdamaian yang ditawarkan.

Mereka menginginkan proses hukum berjalan agar memberikan efek jera kepada pelaku.

Keluarga korban menilai bahwa tindakan DT adalah pelanggaran berat yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan permintaan maaf.

Menurut mereka, perdamaian bukanlah solusi yang tepat untuk kasus kekerasan seperti ini.

Kejadian ini menuai perhatian luas dari masyarakat, khususnya di kalangan tenaga medis dan akademisi.

Banyak pihak menyesalkan insiden ini karena mencoreng nama baik institusi pendidikan dan profesi kesehatan.

Kasus ini juga memunculkan diskusi mengenai pentingnya manajemen konflik di lingkungan akademik.

Beberapa pihak menyarankan perlunya peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja koas.

Selain itu, kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya komunikasi yang sehat untuk menyelesaikan perbedaan.

Hingga kini, pihak kepolisian terus memproses laporan keluarga korban sesuai hukum yang berlaku.

MLH masih dalam proses pemulihan fisik dan mental akibat insiden tersebut.

Kuasa hukum korban juga menegaskan komitmen mereka untuk mendukung proses hukum hingga selesai.

Masyarakat berharap kasus ini dapat menjadi pembelajaran untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.***

Visited 7 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.