Sorotmedia.com – Kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta terus meningkat dan mencapai angka yang mengkhawatirkan hingga September 2024.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta pada tahun ini telah mencapai 1.675 kasus, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencatat 1.583 kasus.
Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 5,87 persen dibandingkan tahun lalu, dengan mayoritas penderita adalah laki-laki.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, mayoritas pengidap HIV/AIDS di kota ini adalah laki-laki, yang mencapai 71 persen dari total kasus.
Berdasarkan analisis pihak Dinas Kesehatan, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kasus adalah adanya praktik prostitusi di kota tersebut.
Meskipun demikian, Dinas Kesehatan mengakui bahwa prostitusi bukanlah satu-satunya penyebab tingginya kasus HIV/AIDS.
Proses skrining aktif yang dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga turut berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus yang tercatat.
Dengan strategi skrining yang lebih luas dan terarah, lebih banyak kasus HIV/AIDS berhasil terdeteksi pada kelompok-kelompok yang dianggap berisiko tinggi.
Hal ini mencakup individu seperti pekerja seks, warga binaan, pasien infeksi menular seksual, pasien tuberkulosis (TBC), serta waria yang sering kali memiliki kerentanan tinggi terhadap penularan HIV/AIDS.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta telah mengambil berbagai langkah untuk menekan angka penyebaran HIV/AIDS melalui program pencegahan dan deteksi dini.
Salah satu upaya yang terus dilakukan adalah mengadakan program Voluntary Counseling and Testing (VCT) secara mobile bagi orang-orang yang berisiko tinggi.
Program ini bertujuan untuk melakukan deteksi dini dan memberikan edukasi tentang perilaku sehat agar masyarakat lebih waspada terhadap risiko penularan HIV/AIDS.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga mewajibkan skrining HIV/AIDS bagi para ibu hamil di Kota Yogyakarta.
Langkah ini diambil untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak sejak dini, yang dapat membantu menekan angka kasus baru.
Skrining pada ibu hamil menjadi salah satu bentuk tanggung jawab sosial untuk melindungi generasi baru dari risiko HIV/AIDS.
Peningkatan kasus HIV/AIDS yang terus terjadi menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan pribadi dan menghindari perilaku berisiko.
Menurut pafirajajumanji.org, meski hingga kini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS, perawatan dan pengobatan yang tepat dapat memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup para penderita, meski memang biayanya terbilang mahal.
Untuk itu, masyarakat diimbau agar lebih sadar akan pentingnya melakukan hubungan seksual yang sehat dan menjauhi penggunaan obat-obatan terlarang yang juga menjadi salah satu faktor risiko.
Melalui peningkatan kesadaran masyarakat dan upaya pencegahan yang berkelanjutan, diharapkan angka kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta dapat ditekan di masa mendatang.
Pihak Dinas Kesehatan juga mengimbau masyarakat untuk tidak ragu melakukan skrining secara sukarela agar dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS lebih luas.
Edukasi yang berkesinambungan, dukungan masyarakat, dan kebijakan kesehatan yang ketat diharapkan dapat membantu menciptakan Kota Yogyakarta yang lebih sehat dan bebas dari risiko HIV/AIDS.
***