Daftar Isi
Sorotmedia.com – Gaya hidup sedentari, atau sedentary lifestyle, adalah pola hidup tidak aktif yang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Gaya hidup ini ditandai dengan aktivitas fisik yang sangat minim, seperti duduk terlalu lama saat bekerja, menonton televisi, atau menggunakan perangkat elektronik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi sedentary lifestyle sebagai salah satu penyebab utama berbagai penyakit kronis.
Penelitian juga menunjukkan bahwa gaya hidup ini menjadi faktor risiko utama kematian dini di seluruh dunia.
Di Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mataram NTB melalui idimataram.org mengingatkan masyarakat tentang bahaya gaya hidup sedentari.
Berdasarkan data mereka, gaya hidup ini semakin umum di era digital karena meningkatnya ketergantungan pada teknologi.
Dampak Buruk Sedentary Lifestyle
Gaya hidup tidak aktif ini memiliki sejumlah konsekuensi negatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang perlu diwaspadai.
1. Risiko Obesitas dan Penumpukan Lemak
Minimnya aktivitas fisik membuat tubuh tidak dapat membakar kalori dengan efektif.
Energi yang tidak terpakai akan disimpan sebagai lemak, sehingga meningkatkan risiko obesitas. Obesitas sendiri menjadi pintu masuk bagi banyak penyakit lain, termasuk diabetes dan hipertensi.
2. Penyakit Kardiovaskular
Kurangnya pergerakan tubuh dapat menyebabkan penumpukan kolesterol di pembuluh darah.
Hal ini berisiko menyebabkan penyumbatan arteri, serangan jantung, atau penyakit jantung koroner.
IDI Mataram NTB menyoroti bahwa kasus penyakit jantung meningkat akibat pola hidup tidak sehat yang sering kali melibatkan perilaku sedentari.
3. Diabetes Tipe 2
Pola hidup ini juga erat kaitannya dengan diabetes tipe 2. Rendahnya aktivitas fisik memicu resistensi insulin, sehingga tubuh kesulitan mengatur kadar gula darah.
WHO mencatat gaya hidup sedentari sebagai salah satu faktor pemicu utama meningkatnya prevalensi diabetes global.
4. Gangguan Kesehatan Mental
Tidak hanya kesehatan fisik, sedentary lifestyle juga memengaruhi kondisi mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang kurang bergerak cenderung lebih rentan terhadap stres, kecemasan, dan depresi.
Aktivitas fisik memiliki peran penting dalam merangsang hormon endorfin yang meningkatkan suasana hati.
5. Penurunan Kesehatan Tulang dan Otot
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan otot dan tulang menjadi lemah. Hal ini meningkatkan risiko osteoporosis dan cedera, terutama pada kelompok usia lanjut.
Aktivitas fisik ringan seperti berjalan atau stretching sangat penting untuk menjaga kekuatan otot dan fleksibilitas tubuh.