Daftar Isi
Sorotmedia.com – Digital Eye Strain, atau dikenal juga sebagai Computer Vision Syndrome, adalah gangguan pada mata yang terjadi akibat penggunaan perangkat digital secara berlebihan.
Meningkatnya penggunaan gadget seperti komputer, ponsel, dan tablet, terutama selama pandemi, telah menambah risiko gangguan ini. Kondisi ini menjadi semakin umum, terutama di kalangan pekerja kantoran dan pelajar.
Menurut penelitian, rata-rata orang kini menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di depan layar, baik untuk bekerja, belajar, atau hiburan. Kebiasaan ini tanpa disadari memengaruhi kesehatan mata dan postur tubuh.
Apa Itu Digital Eye Strain?
Digital Eye Strain menurut idikotadompu.org adalah kondisi di mana mata mengalami kelelahan akibat menatap layar digital dalam waktu lama. Gejala yang muncul meliputi mata kering, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
Kondisi ini tidak menyebabkan kerusakan permanen, tetapi dapat memengaruhi produktivitas dan kenyamanan sehari-hari.
Sebagian besar orang mulai merasakan gejala setelah menggunakan perangkat digital selama dua jam atau lebih secara terus-menerus.
Selain itu, faktor seperti pencahayaan yang buruk, jarak layar yang tidak tepat, dan posisi duduk yang kurang ergonomis turut memperparah kondisi ini.
Penyebab Digital Eye Strain
Salah satu penyebab utama Digital Eye Strain adalah kurangnya frekuensi berkedip saat menatap layar. Normalnya, manusia berkedip sekitar 15–18 kali per menit. Namun, saat menggunakan perangkat digital, angka ini dapat berkurang hingga setengahnya.
Cahaya silau dari layar, kontras yang rendah, dan paparan sinar biru (blue light) juga menambah beban kerja mata. Sinar biru bahkan diketahui dapat menyebabkan kerusakan retina jika terpapar dalam jangka panjang.
Masalah penglihatan yang tidak dikoreksi, seperti rabun jauh atau astigmatisme, juga dapat memperparah gejala Digital Eye Strain. Faktor usia seperti presbiopia atau kesulitan fokus pada objek dekat juga berkontribusi pada kondisi ini.