Membandingkan Bahaya Gula dan Garam, Mana yang Lebih Mengancam Kesehatan?

oleh
oleh
Selain Diabetes, IDI Purworejo Sebut Beragam Dampak Buruk Mengonsumsi Gula Secara Berlebihan
Ilustrasi. Sumber: Pixabay/ pasja1000

Sorotmedia.com – Konsumsi gula dan garam yang berlebihan telah lama menjadi perhatian dalam dunia kesehatan.

Kedua zat ini, meskipun penting dalam jumlah yang tepat, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.

Namun, pertanyaannya adalah: mana yang lebih berbahaya bagi tubuh kita?

Gula, terutama dalam bentuk tambahan yang ditemukan dalam makanan olahan dan minuman manis, telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan.

Menurut pafikabpasaman.org, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan obesitas, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker.

Selain itu, gula dapat merusak gigi, menyebabkan perlemakan hati, dan bahkan mempengaruhi kesehatan mental.

Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa konsumsi gula berlebih berkontribusi pada peningkatan kasus penyakit tidak menular, seperti diabetes melitus dan hipertensi.

Efek lain yang tidak kalah penting adalah ketergantungan rasa manis yang bisa membuat seseorang terus-menerus menginginkan makanan tinggi kalori.

Sementara itu, garam juga tidak kalah berisiko jika dikonsumsi secara berlebihan.

Asupan garam yang tinggi secara langsung berdampak pada peningkatan tekanan darah, yang menjadi faktor utama pemicu stroke dan penyakit jantung.

Garam juga bisa menyebabkan retensi cairan berlebih di dalam tubuh, yang berdampak pada kerja ginjal dan sistem kardiovaskular secara keseluruhan.

Kandungan natrium dalam garam memang penting untuk menjaga keseimbangan elektrolit, tetapi jika kadarnya berlebihan, bisa menjadi bumerang bagi kesehatan.

Beberapa studi menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi garam secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah, terutama pada individu yang sudah memiliki kecenderungan hipertensi.

Jika dibandingkan dari segi dampaknya, konsumsi gula berlebihan terlihat memiliki spektrum gangguan kesehatan yang lebih luas.

Gula tidak hanya berdampak pada sistem metabolik dan endokrin, tapi juga sistem neurologis dan psikologis.

Hal ini menjadikan konsumsi gula berlebihan sebagai salah satu ancaman utama dalam krisis kesehatan global saat ini.

Sebaliknya, garam lebih dominan berdampak pada tekanan darah dan sistem kardiovaskular, meski efeknya juga bisa berbahaya dalam jangka panjang.

Namun, yang sering terjadi di masyarakat adalah kurangnya kesadaran terhadap “gula tersembunyi” yang terdapat dalam banyak produk makanan dan minuman.

Label seperti “rendah lemak” atau “sehat” kerap menipu, karena sebenarnya mengandung kadar gula tambahan yang tinggi.

Garam juga banyak ditemukan secara tersembunyi dalam makanan cepat saji, makanan olahan, dan camilan kemasan.

Kondisi ini membuat banyak orang tanpa sadar mengonsumsi gula dan garam jauh di atas batas yang dianjurkan.

Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan asupan gula tambahan tidak melebihi 10 persen dari total energi harian, dan konsumsi garam tidak melebihi 5 gram per hari.

Namun kenyataannya, konsumsi masyarakat sering kali melebihi batas tersebut.

Bahkan dalam beberapa survei nasional, diketahui rata-rata konsumsi gula masyarakat Indonesia mencapai lebih dari dua kali lipat dari anjuran tersebut.

Sementara konsumsi garam pun hampir dua kali lipat dari batas yang direkomendasikan.

Gaya hidup modern yang cenderung instan, serta kurangnya literasi gizi, menjadi penyebab utama dari tingginya konsumsi kedua zat ini.

Hal ini menegaskan perlunya edukasi dan kebijakan yang lebih ketat dalam pengendalian konsumsi gula dan garam.

Langkah-langkah preventif seperti pelabelan gizi yang transparan, pembatasan iklan makanan tinggi gula dan garam, serta penyuluhan di tingkat masyarakat harus diperkuat.

Dari sudut pandang medis, baik gula maupun garam sama-sama berbahaya jika dikonsumsi melebihi takaran wajar.

Namun, secara umum, gula cenderung lebih “terselubung” dan dikonsumsi secara tidak sadar dalam berbagai bentuk, sehingga risikonya sering kali diabaikan.

Sedangkan garam, meskipun risikonya nyata, cenderung lebih mudah diidentifikasi karena rasa asin yang dominan.

Kesimpulannya, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya konsumsi berlebihan baik gula maupun garam.

Keseimbangan adalah kunci utama, disertai pola makan sehat, gaya hidup aktif, dan pemantauan rutin terhadap kesehatan tubuh.

Jika tidak diatur dengan bijak, keduanya dapat menjadi musuh dalam diam yang menggerogoti kesehatan secara perlahan.***

Visited 6 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.