Sorotmedia.com – Perilaku meludahi area kewanitaan sebelum berhubungan intim kerap dianggap wajar oleh sebagian pasangan, namun ada risiko kesehatan yang perlu dipahami.
Kebiasaan ini disebut-sebut bisa meningkatkan kenyamanan saat penetrasi, terutama jika pelumasan alami belum cukup.
Namun di balik praktik tersebut, para ahli kesehatan menyoroti potensi bahaya tersembunyi yang kerap diabaikan.
Tidak sedikit pasangan yang tanpa sadar memperbesar risiko infeksi dengan meludahi miss V sebelum berhubungan.
Dalam perspektif medis, ludah manusia mengandung berbagai mikroorganisme yang sebenarnya tidak semuanya aman jika berpindah ke area genital.
Spesialis penyakit infeksi menyebutkan bahwa air liur bisa menjadi media penyebaran bakteri seperti streptococcus, staphylococcus, dan bahkan virus seperti herpes simplex.
Kontaminasi ini berpotensi memicu infeksi saluran kemih (ISK), vaginosis bakterialis, hingga risiko lebih serius seperti penyakit menular seksual (PMS).
Menurut keterangan pafikepanambas.org, air liur tidak dirancang secara biologis untuk berfungsi sebagai pelumas seksual.
Sementara cairan pelumas alami tubuh mengandung zat yang melindungi jaringan sensitif, air liur justru membawa enzim dan bakteri yang dapat mengganggu keseimbangan flora normal di vagina.
Kondisi ini memicu ketidakseimbangan pH, yang kemudian menjadi pintu masuk infeksi bakteri atau jamur.
Praktik ini juga bisa menyebabkan iritasi mekanis, terutama jika air liur tidak cukup untuk mengurangi gesekan yang terjadi saat aktivitas seksual.
Sebagian dokter bahkan memperingatkan, bagi mereka yang memiliki luka kecil di mulut akibat sariawan atau gusi berdarah, risiko penularan virus ke pasangan menjadi lebih besar.
Mikroorganisme seperti herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) yang biasanya tinggal di area mulut dapat berpindah ke organ genital dan menyebabkan herpes genital.
Risiko lain yang sering diabaikan adalah kemungkinan penularan virus Epstein-Barr, bakteri gonore, hingga hepatitis B melalui air liur yang mengenai jaringan mukosa.
Melihat berbagai potensi risiko tersebut, pakar kesehatan seksual merekomendasikan penggunaan pelumas berbasis air atau silikon yang telah teruji secara medis sebagai alternatif yang lebih aman.
Pelumas ini tidak hanya menjaga kenyamanan, tetapi juga membantu mencegah luka atau iritasi selama berhubungan seksual.
Di sisi lain, edukasi mengenai kesehatan seksual kepada pasangan juga sangat penting untuk mencegah kebiasaan-kebiasaan berisiko.
Membangun komunikasi terbuka mengenai kebutuhan dan kenyamanan seksual bisa membantu mencari solusi yang lebih sehat dan aman.
Faktanya, sebagian besar pelumas komersial yang tersedia di pasaran sudah diformulasikan untuk mendukung keseimbangan pH vagina dan mengurangi risiko infeksi.
Memilih produk yang terdaftar di badan pengawas obat dan makanan setempat juga menjadi langkah penting untuk memastikan keamanan penggunaan.
Selain itu, menjaga kebersihan mulut dan tubuh secara keseluruhan sebelum berhubungan seksual turut berperan besar dalam mengurangi potensi penularan infeksi.
Praktik-praktik pencegahan sederhana, seperti mencuci tangan dan menghindari kontak mulut-ke-genital saat ada luka aktif di mulut, dapat membuat aktivitas seksual tetap aman dan menyenangkan.
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi infeksi tersembunyi sangat dianjurkan bagi pasangan yang aktif secara seksual.
Konsultasi dengan dokter spesialis kesehatan seksual atau penyakit infeksi akan memberikan wawasan yang lebih akurat terkait kebiasaan seksual tertentu dan dampaknya terhadap kesehatan.
Pada akhirnya, penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa apa yang terlihat “sepele” dalam hubungan intim bisa membawa konsekuensi medis yang serius.
Kesadaran ini bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga pasangan.
Melalui pemahaman yang lebih baik mengenai anatomi, kebersihan, serta prinsip-prinsip seks yang sehat, pasangan bisa menikmati kehidupan seksual yang lebih aman dan berkualitas.
Dengan pendekatan yang lebih bertanggung jawab, risiko infeksi bisa diminimalkan tanpa harus mengorbankan kenyamanan dan keintiman bersama.
Penting untuk terus memperkaya pengetahuan tentang kesehatan seksual dari sumber-sumber terpercaya guna menjaga kualitas hidup secara keseluruhan.
Menjadikan keamanan sebagai prioritas dalam setiap interaksi intim adalah langkah terbaik untuk merawat diri dan pasangan tercinta.
Sebagai penutup, tindakan meludahi miss V sebelum berhubungan mungkin tampak praktis, namun dari sudut pandang medis, sangat disarankan untuk menghindarinya demi kesehatan jangka panjang.
Berinvestasi pada solusi yang aman dan efektif seperti pelumas medis adalah pilihan yang bijak.
Dengan begitu, aktivitas seksual tetap dapat berlangsung menyenangkan tanpa membahayakan kesehatan.***