Kelangsungan Bisnis di Jakarta: Mengapa Perusahaan Beralih ke Internet Satelit untuk Ketahanan Jaringan?

oleh
oleh
Jakarta sebagai pusat ekonomi dan digital Indonesia menjadi lokasi bagi hampir semua perusahaan besar, lembaga keuangan, dan perusahaan teknologi.

Sorotmedia.com – Jakarta sebagai pusat ekonomi dan digital Indonesia menjadi lokasi bagi hampir semua perusahaan besar, lembaga keuangan, dan perusahaan teknologi. Mereka mengandalkan akses internet yang kuat dan terus menerus. Perusahaan menginvestasikan banyak dana pada konektivitas serat optik dan mengharapkan layanan tanpa gangguan.

Namun kondisi kota besar yang padat dan terus berkembang membawa banyak risiko. Gangguan teknis, pekerjaan jalan, pemadaman listrik, dan peristiwa alam seperti banjir sering menghentikan infrastruktur jaringan darat. Ketika serat optik bermasalah, kerugiannya bukan hanya hilangnya pendapatan tetapi juga reputasi dan kelangsungan operasional.

Inilah alasan sebuah perubahan besar terjadi di atas gedung pencakar langit kota. Sistem komunikasi satelit orbit rendah mulai digunakan bukan hanya di pulau terpencil. Teknologi ini menjadi lapisan cadangan wajib bagi bisnis di Jakarta. Perusahaan mengadopsi teknologi ini agar operasi penting tetap berjalan ketika jaringan terestrial gagal.

Risiko Gangguan Perkotaan yang Tidak Terhindarkan

Serat optik menjadi tulang punggung Jakarta. Namun jaringan ini tetap rentan.

  • Kerusakan Fisik. Penyebab paling umum adalah kesalahan manusia. Penggalian dan konstruksi sering memutus kabel serat optik sehingga menciptakan gangguan besar selama berjam jam atau berhari hari.
  • Ketergantungan Daya. Jaringan terestrial bergantung pada infrastruktur listrik. Ketika pemadaman melanda area tertentu, menara seluler dan repeater serat optik ikut tidak berfungsi.
  • Risiko Geografis. Sebagai kota pesisir dan delta, Jakarta sering mengalami banjir. Kabel yang terendam dan perangkat darat yang rusak membuat jaringan tradisional berhenti bekerja pada saat komunikasi sangat dibutuhkan.

Koneksi serat optik cadangan tetap tidak cukup karena biasanya berada di jalur fisik yang sama. Ketika jalur utama terputus, jalur cadangan sering ikut terputus. Perusahaan memerlukan jalur yang benar benar independen.

LEO Satcom: Standar Emas untuk Koneksi Cadangan

Konektivitas satelit orbit rendah seperti Starlink memberikan jalur data independen yang tidak dimiliki jaringan darat. Sinyal bergerak naik ke satelit lalu turun ke stasiun bumi yang jauh dari lokasi gangguan sehingga melewati seluruh infrastruktur lokal.

Banyak perusahaan kini mengevaluasi keandalan dan kecepatan Starlink internet sebagai bagian dari perencanaan kelangsungan bisnis kritis mereka.

Perubahan Performa

Sistem satelit orbit rendah memberi kualitas yang mendukung aplikasi waktu nyata seperti VoIP dan akses cloud.

  • Latensi Rendah untuk Failover. Satelit LEO mencapai latensi yang cukup rendah (biasanya 20-40 milidetik) untuk mendukung hampir semua aplikasi bisnis modern. Ini berarti ketika sambungan serat optik utama mengalami kegagalan, failover ke solusi satelit LEO praktis berjalan lancar dan beroperasi penuh.
  • Bandwidth Tinggi. Teknologi ini memberi kecepatan yang memadai untuk seluruh aktivitas operasional sehingga transaksi keuangan, layanan pelanggan, dan akses cloud tetap berjalan normal.

Perusahaan-perusahaan di Jakarta juga mempertimbangkan harga Starlink Indonesia untuk menilai kelayakan investasi dalam mengimplementasikannya sebagai solusi cadangan bersama dengan infrastruktur serat optik yang sudah ada.

Kemampuan ini membuat adopsi Starlink in Indonesia menjadi bagian penting dari Business Continuity Planning (BCP).

Penggunaan konektivitas satelit orbit rendah seperti Starlink in Jakarta menjadi strategi mitigasi risiko.

  • Perdagangan dan Perbankan. Detik gangguan menghasilkan kerugian besar. Bank dan perusahaan trading menggunakan LEO sebagai failover otomatis untuk menjaga transaksi dan data pasar.
  • Akses Cloud dan VoIP. Perusahaan bergantung pada AWS, Google Cloud, dan layanan VoIP. LEO memastikan komunikasi tetap berjalan saat ISP utama bermasalah.
  • Kantor Pusat dan Fasilitas Kritis. LEO menjadi koneksi tersier permanen yang aktif ketika dua jalur terestrial gagal bersamaan.

Investasinya bukan untuk koneksi itu sendiri tetapi untuk jaminan uptime dan produktivitas.

Integrasi Satcom ke Infrastruktur IT Modern

Pemasangan perangkat saja tidak cukup. Untuk kinerja optimal, sistem LEO perlu diintegrasikan ke arsitektur jaringan perusahaan.

  • Integrasi SD WAN. Sistem ini memantau semua koneksi dan mengalihkan trafik ke jalur terbaik. LEO kini menjadi bagian dari arsitektur ini baik sebagai jalur aktif maupun siaga.
  • Kualitas Layanan.Saat failover terjadi jaringan satelit harus memprioritaskan trafik yang penting seperti transaksi pelanggan.
  • Keamanan Siber. Jalur baru harus mematuhi standar keamanan perusahaan.

Pendekatan ini membuat koneksi satelit menjadi elemen jaringan yang kuat dan siap bekerja setiap saat.

Peran Keahlian Lokal

Operator global seperti Starlink menyediakan infrastruktur satelit. Namun keahlian lokal tetap penting untuk instalasi, kepatuhan, dan pemeliharaan jangka panjang.

IEC Telecom Indonesia sebagai reseller resmi Starlink menyediakan layanan hybrid yang menggabungkan LEO dengan teknologi lain seperti L band yang tetap stabil bahkan saat cuaca ekstrem. Arsitektur multi orbit ini menciptakan satellite solution yang sangat andal. LEO memberi throughput tinggi sementara L band menjaga jalur data penting tetap hidup.

Menyimpulkan: Jakarta yang Tangguh

Ketahanan jaringan menjadi kebutuhan utama di Jakarta. Bergantung pada infrastruktur darat saja menciptakan satu titik kegagalan yang berbahaya.

Teknologi LEO memberi jalur cadangan pertama yang benar benar independen dan berkinerja tinggi. Dengan menggunakan satellite solution modern perusahaan tidak hanya menyiapkan diri menghadapi gangguan berikutnya. Mereka membangun masa depan operasional yang aman dan stabil untuk seluruh aktivitas bisnis mereka.***

Visited 2 times, 2 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.