Bisa Berakibat Fatal! Inilah Dampak Pencemaran Udara terhadap Kesehatan Pernapasan Anak-anak

oleh
oleh
Dampak Pencemaran Udara terhadap Kesehatan Pernapasan Anak-anak
Ilustrasi. Sumber: Pixabay/ shogun

Sorotmedia.com – Anak-anak di kota semakin terancam oleh polusi udara. Paparan polusi tidak hanya menyebabkan gangguan pernapasan jangka pendek.

Dampak jangka panjang mengintai kemampuan paru dan tumbuh kembang anak. Polusi udara di kota besar kini menjadi perhatian serius karena efek yang membahayakan anak-anak.

Fakta menunjukkan polusi udara menyebabkan gangguan paru yang signifikan sejak usia dini. Data dan penelitian terbaru mengonfirmasi urgensi langkah perlindungan untuk kelompok rentan ini.

Paparan Polusi dan Risiko Gangguan Pernapasan

Dilansir dari pafikotaacehtengah.org, polutan seperti PM2.5, PM10, dan nitrogen dioksida dapat menembus sistem pernapasan anak dan menyebabkan iritasi saluran napas.

Paparan ini meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut, bronkitis, pneumonia, dan memperburuk kondisi asma yang sudah ada.

Sebagai kelompok yang masih dalam tahap perkembangan, anak-anak menghirup udara lebih banyak per kilogram berat tubuh dibandingkan orang dewasa.

Studi menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi polusi udara sebesar 10 mikrogram per meter kubik dapat meningkatkan angka rawat inap anak akibat ISPA hingga lebih dari 4 persen.

Di beberapa negara, kunjungan gawat darurat anak karena gangguan pernapasan meningkat tajam ketika kualitas udara memburuk.

Penurunan Fungsi Paru dan Risiko Penyakit Kronis

Paparan jangka panjang terhadap polusi udara terbukti dapat menghambat pertumbuhan paru-paru anak.

Dalam jangka panjang, penurunan fungsi paru dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti asma persisten, gangguan kardiovaskular, hingga diabetes tipe dua.

Gangguan sistem imun akibat polusi juga membuat anak lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi.

Studi global menunjukkan bahwa polusi udara menempati urutan ketiga penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak-anak di bawah usia lima tahun.

Dampaknya tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga berimplikasi pada beban ekonomi keluarga dan sistem kesehatan secara keseluruhan.

Stunting, Gangguan Perkembangan, dan Risiko Kognitif

Polusi udara juga dikaitkan dengan peningkatan risiko stunting pada anak, terutama bila terjadi sejak usia balita.

Zat pencemar yang masuk ke dalam tubuh anak dapat mengganggu metabolisme, menurunkan penyerapan nutrisi, dan memperlambat pertumbuhan.

Tidak hanya itu, paparan partikel halus juga memicu reaksi inflamasi yang berpengaruh terhadap sistem saraf pusat.

Gangguan ini berpotensi menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik, konsentrasi rendah, dan masalah perilaku seperti hiperaktif hingga autisme.

Beberapa studi menyebutkan bahwa anak yang terpapar polusi udara berat memiliki skor IQ lebih rendah dibandingkan anak yang tumbuh di lingkungan dengan udara bersih.

Temuan Global yang Mengkhawatirkan

Penelitian di Eropa dilansir dari pafiprovinsibali.org menemukan bahwa anak yang terpapar polusi tinggi sejak usia 2 hingga 4 tahun memiliki risiko masalah kesehatan yang lebih tinggi saat remaja.

Dalam skala dunia, diperkirakan lebih dari dua juta kasus asma pada anak disebabkan oleh paparan nitrogen dioksida yang berasal dari emisi kendaraan bermotor.

Lebih dari dua pertiga kasus tersebut terjadi di wilayah perkotaan yang padat lalu lintas.

Di Indonesia, polusi udara berkontribusi terhadap puluhan ribu kasus kematian anak akibat gangguan pernapasan setiap tahunnya.

Sayangnya, kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya termasuk dalam daftar wilayah dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara.

Kondisi Nyata di Lapangan

Di beberapa daerah, tingkat PM2.5 tercatat mencapai angka lebih dari 200 mikrogram per meter kubik, jauh di atas ambang batas aman yang ditetapkan WHO.

Kondisi ini berdampak langsung pada melonjaknya jumlah kunjungan anak ke fasilitas kesehatan akibat batuk, sesak napas, dan demam berulang.

Dokter spesialis anak menyatakan bahwa paparan polusi sejak usia dini dapat meningkatkan risiko kerusakan paru-paru permanen.

Sekolah-sekolah di beberapa wilayah bahkan harus menyesuaikan jam kegiatan luar ruangan karena buruknya kualitas udara.

Sayangnya, belum semua keluarga memiliki akses untuk melindungi anak-anak mereka dari bahaya ini, terutama mereka yang tinggal di kawasan padat dan minim ruang terbuka hijau.

Langkah Perlindungan yang Diperlukan

Orang tua dan pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk melindungi anak-anak dari dampak polusi udara.

Langkah pertama adalah memantau kualitas udara secara rutin melalui aplikasi atau informasi dari pemerintah daerah.

Jika indeks kualitas udara berada dalam kategori tidak sehat, aktivitas anak di luar ruangan sebaiknya dibatasi.

Penggunaan masker yang sesuai ukuran anak dan memiliki daya saring efektif dapat menjadi perlindungan tambahan.

Di dalam rumah, penggunaan pembersih udara, tanaman penyerap racun, dan ventilasi yang baik juga berperan penting.

Selain itu, asupan nutrisi seimbang dan makanan kaya antioksidan dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh anak terhadap paparan polusi.

Pemerintah kota perlu mengambil tindakan struktural seperti pembatasan kendaraan bermotor, pengembangan transportasi publik yang ramah lingkungan, serta peningkatan ruang terbuka hijau.

Kampanye edukasi kepada masyarakat juga penting untuk mendorong kesadaran kolektif akan pentingnya kualitas udara bagi masa depan generasi muda.***

Visited 5 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.