Sorotmedia.com – Tidur merupakan kebutuhan biologis yang vital bagi kesehatan fisik dan mental manusia.
Namun, dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang mengandalkan tidur siang untuk menggantikan kurangnya tidur malam.
Pertanyaannya, apakah tidur siang dapat sepenuhnya menggantikan manfaat tidur malam?
Tidur malam memiliki peran krusial dalam proses regenerasi tubuh dan otak.
Selama tidur malam menurut pafikabbadung.org, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan dan hormon imunitas yang hanya aktif pada malam hari.
Hormon-hormon ini penting untuk memperbaiki sel-sel tubuh dan memperkuat sistem kekebalan.
Kualitas tidur malam yang baik juga berpengaruh besar terhadap kesehatan mental, termasuk menstabilkan emosi dan mengurangi risiko depresi.
Di sisi lain, tidur siang dikenal mampu meningkatkan fokus dan produktivitas, terutama bagi mereka yang mengalami kelelahan di tengah hari.
Durasi tidur siang yang ideal berkisar antara 20 hingga 30 menit, yang disebut sebagai “power nap”.
Tidur singkat ini terbukti efektif untuk menyegarkan otak, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki suasana hati.
Namun, tidur siang yang berlangsung terlalu lama atau terlalu sore dapat mengganggu ritme sirkadian atau jam biologis tubuh.
Hal ini bisa menyebabkan sulit tidur di malam hari dan menimbulkan siklus tidur yang tidak teratur.
Tidur siang juga tidak memiliki efek pemulihan fisiologis sebesar tidur malam, terutama dalam hal perbaikan sel dan pembersihan racun di otak.
Dalam beberapa budaya seperti Spanyol dan beberapa negara Asia, tidur siang atau “siesta” sudah menjadi kebiasaan yang diakomodasi dalam jadwal kerja.
Namun, dalam konteks medis dan kesehatan modern, tidur siang dipandang sebagai pelengkap, bukan pengganti tidur malam.
Seseorang yang memiliki kualitas tidur malam yang buruk tidak bisa sepenuhnya mengandalkan tidur siang untuk mengimbangi kekurangan tersebut.
Gangguan tidur kronis, seperti insomnia atau sleep apnea, bahkan dapat diperburuk bila tubuh terus-menerus menggantikan tidur malam dengan tidur siang.
Menurut sejumlah riset, tidur malam yang ideal bagi orang dewasa adalah sekitar 7 hingga 9 jam per malam.
Selama tidur malam yang nyenyak, terjadi fase tidur dalam atau deep sleep yang penting untuk proses detoksifikasi otak.
Fase ini tidak mudah dicapai selama tidur siang, terutama jika lingkungan tidak mendukung tidur yang lelap.
Sebaliknya, tidur siang bisa menjadi sangat bermanfaat bagi kelompok tertentu, seperti lansia, ibu hamil, atau pekerja shift malam yang kurang mendapatkan tidur berkualitas.
Dalam kondisi khusus tersebut, tidur siang yang teratur dan terkontrol bisa membantu menyeimbangkan kebutuhan istirahat tubuh.
Namun, penting untuk memperhatikan waktu dan durasi tidur siang agar tidak mengganggu siklus tidur utama pada malam hari.
Idealnya, tidur siang dilakukan sebelum pukul 3 sore agar tidak mengganggu produksi hormon melatonin di malam hari.
Selain itu, lingkungan tidur siang juga sebaiknya tenang, sejuk, dan minim cahaya agar lebih efektif.
Mengatur pola tidur yang sehat, dengan tetap mengutamakan tidur malam dan menambahkan tidur siang secara bijak, dapat menjadi strategi yang efektif untuk menjaga kesehatan.
Kebiasaan tidur yang konsisten, baik dalam waktu tidur maupun bangun, turut memengaruhi keseimbangan hormon tubuh.
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, penting juga menjaga kebersihan tidur atau sleep hygiene, seperti menjauhi perangkat elektronik sebelum tidur dan menciptakan suasana kamar yang nyaman.
Kesimpulannya, tidur malam tetap menjadi fondasi utama untuk kesehatan jangka panjang.
Tidur siang bisa menjadi solusi tambahan, namun tidak seharusnya dijadikan pengganti utama tidur malam.
Keseimbangan antara keduanya, ditambah gaya hidup sehat, menjadi kunci utama dalam menjaga vitalitas dan fungsi tubuh secara optimal.***
