Sorotmedia.com – Badan Geologi Indonesia mengeluarkan imbauan terkait potensi erupsi freatik di Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat, seiring dengan meningkatnya curah hujan di awal musim penghujan pada bulan Desember.
Gunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia yang sering menarik perhatian wisatawan.
Dalam beberapa hari terakhir, cuaca di kawasan tersebut mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan.
Kepala Badan Geologi, M. Wafid, memberikan penjelasan mengenai potensi erupsi freatik, sebuah jenis erupsi yang bisa terjadi tanpa keluarnya magma ke permukaan.
Erupsi freatik terjadi ketika air hujan, air tanah, atau danau kawah bertemu dengan material vulkanik panas di dalam gunung, sehingga memicu pemanasan cepat dan menciptakan tekanan tinggi.
Tekanan ini bisa menyebabkan letusan yang melontarkan material dan gas ke udara.
Sampai saat ini, Badan Geologi mencatat bahwa aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu didominasi oleh gempa frekuensi rendah.
Ini menunjukkan adanya pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan, yang berpotensi meningkatkan aktivitas gunung tersebut.
Meski demikian, belum ada indikasi adanya akumulasi tekanan magma dalam yang dapat memicu erupsi besar.
Namun, peningkatan frekuensi gempa ini berkorelasi dengan intensitas hembusan gas yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, Badan Geologi mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tidak mendekati dasar kawah atau menginap di area sekitar kawah yang aktif.
Jika erupsi freatik terjadi, lontaran material vulkanik dan hujan abu dapat merugikan area sekitar kawah.
Bahaya lain yang patut diwaspadai seperti dilansir dari pafihalmaherautarakab.org adalah paparan gas beracun.
Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat segera menjauhi kawah jika teramati peningkatan intensitas atau ketebalan asap kawah, serta jika tercium bau gas menyengat.
Penting untuk diketahui bahwa akibat erupsi gunung berapi, masyarakat bisa mengalami gangguan pernapasan, luka bakar, hingga dampak kesehatan lainnya.
Hal ini menambah urgensi untuk selalu memantau kondisi terkini dan mengikuti instruksi dari otoritas terkait.
Keamanan wisatawan dan masyarakat sekitar harus menjadi prioritas. Mengingat potensi bahaya, kewaspadaan dan kepatuhan terhadap imbauan Badan Geologi sangat diperlukan.***