Sorotmedia.com – Di Indonesia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax sering kali terjadi tanpa peringatan sebelumnya, menyebabkan masyarakat harus menyesuaikan anggaran mereka secara mendadak.
Fenomena ini bukanlah hal baru, tetapi setiap kali terjadi, dampaknya dirasakan oleh berbagai kalangan, terutama mereka yang bergantung pada kendaraan pribadi untuk aktivitas sehari-hari.
Seringnya perubahan harga ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari fluktuasi harga minyak dunia hingga kebijakan pemerintah terkait subsidi dan pajak.
Setiap kali harga Pertamax naik, masyarakat cenderung merespons dengan beragam reaksi, mulai dari keluhan hingga penyesuaian gaya hidup.
Kenaikan harga ini juga berdampak pada inflasi, mengingat transportasi adalah salah satu kebutuhan dasar yang memengaruhi harga barang dan jasa lainnya.
Ketika harga BBM naik, wacana mengenai peralihan ke sumber energi alternatif seperti kendaraan listrik kembali mengemuka.
Namun, transisi ini masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk infrastruktur yang belum sepenuhnya mendukung dan biaya awal yang relatif tinggi bagi konsumen.
Dilansir dari Instagram malangraya_info, pemerintah melalui Pertamina kembali menaikkan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax secara signifikan.
Harga Pertamax yang sebelumnya Rp 12.950 per liter kini melonjak menjadi Rp 13.700 per liter. Kenaikan ini mulai berlaku efektif pada Sabtu, 10 Agustus 2024, dan mencakup berbagai wilayah di Indonesia.
Beberapa wilayah yang merasakan langsung dampak kenaikan ini antara lain Aceh, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
Di kawasan-kawasan ini, konsumen akan menghadapi beban tambahan dalam anggaran bahan bakar harian mereka.
