Sorotmedia.com – Fenomena “Ultras Seblak” kini tengah menjadi sorotan di dunia sepak bola Indonesia.
Istilah yang awalnya muncul di media sosial ini menggambarkan kehadiran para pendukung fanatik perempuan yang memadati stadion dengan gaya khas dan energi yang tak kalah dari suporter pria.
Meski terkesan jenaka, istilah ini mencerminkan perubahan besar dalam dinamika dukungan sepak bola di tanah air.
“Ultras Seblak” terdiri dari dua kata dengan makna kultural yang kuat.
Kata “ultras” mengacu pada kelompok suporter garis keras yang terkenal dengan koreografi megah, chant lantang, dan dedikasi tinggi terhadap klubnya.
Sementara kata “seblak” merupakan makanan khas Sunda yang populer di kalangan perempuan muda, sehingga memunculkan kesan feminin dan ringan dalam istilah tersebut.
Kombinasi dua kata itu menghadirkan istilah yang kontras namun menarik, menggambarkan identitas baru bagi perempuan yang ingin turut menunjukkan kecintaannya pada sepak bola.
Namun, istilah ini tidak lepas dari kontroversi.
Sebagian kalangan menilai “Ultras Seblak” memiliki konotasi negatif karena dianggap melekat pada kelompok penggemar perempuan yang datang ke stadion hanya demi tren atau sekadar ikut-ikutan.
Stereotip tersebut mencerminkan pandangan lama yang masih membatasi ruang perempuan dalam ranah sepak bola.
Padahal, tidak semua perempuan yang disebut “Ultras Seblak” hadir demi sensasi semata.
Banyak di antara mereka yang benar-benar memahami permainan, hafal nama pemain, hingga mengikuti perjalanan klub secara mendalam.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap klub sepak bola kini semakin inklusif dan tidak lagi didominasi oleh gender tertentu.
Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya keterlibatan perempuan di tribun stadion terlihat signifikan, baik dalam laga Liga 1 maupun pertandingan lokal.
Banyak dari mereka datang berkelompok, membawa atribut resmi klub, dan menyanyikan chant dengan semangat sama seperti suporter laki-laki.
Hal ini memperlihatkan transformasi kultural di mana sepak bola tidak lagi menjadi ruang eksklusif bagi pria.
Kehadiran “Ultras Seblak” juga memperkuat citra sepak bola Indonesia sebagai ruang sosial yang dinamis dan terbuka.
Media sosial menjadi wadah penting dalam membentuk identitas kelompok ini.
Melalui platform seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter), para penggemar perempuan membagikan momen mereka di stadion, memperlihatkan gaya berpakaian khas, hingga membuat konten kreatif bertema dukungan untuk klub.
Tren ini membuat kehadiran mereka semakin dikenal luas dan menciptakan narasi baru bahwa menjadi suporter perempuan bukan lagi hal asing.
Meski begitu, masih ada pandangan miring yang menganggap kehadiran “Ultras Seblak” lebih banyak bersifat estetis dibandingkan ideologis.
Beberapa pihak menilai kehadiran mereka lebih untuk tampil di media sosial ketimbang mendukung klub secara tulus.
Namun, di sisi lain, banyak pula yang melihat fenomena ini sebagai sinyal positif bahwa sepak bola mampu menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda perempuan yang sebelumnya enggan menonton langsung ke stadion.
Dalam konteks sosiologis, “Ultras Seblak” bisa dipandang sebagai bentuk ekspresi identitas baru perempuan dalam budaya olahraga.
Mereka tidak lagi sekadar penonton pasif, melainkan bagian aktif dari atmosfer pertandingan.
Keikutsertaan mereka di tribun juga memperkaya warna dukungan dan memperkuat citra klub di mata publik.
Selain itu, beberapa klub kini mulai melihat potensi besar dari fenomena ini.
Peningkatan jumlah penonton perempuan mendorong klub untuk memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan di stadion.
Beberapa tim bahkan mulai menggandeng komunitas suporter perempuan untuk kegiatan sosial, fan gathering, hingga kampanye positif seputar sepak bola damai.
Fenomena “Ultras Seblak” juga tak bisa dilepaskan dari perkembangan budaya pop.
Gaya berpakaian, riasan, dan estetika foto di stadion menjadi bagian penting dari identitas kelompok ini.
Hal tersebut turut memperkaya keberagaman ekspresi suporter dan membuat sepak bola semakin dekat dengan dunia gaya hidup.
Meski terkadang dipandang sebelah mata, perempuan dalam komunitas ini berperan penting dalam memodernisasi wajah suporter Indonesia.***

